Suarapesisirnusantara.com |BENGKALIS – Hal sebuah kisah menceritakan pada tahun 1041 hiduplah seorang Putri yang bernama DEWI SANGGA LANGIT yakni putri dari Kerajaan Panjalu yang memiliki wajah yang sangat rupawan. Kecantikan nya membuat banyak pria yang jatuh hati yang meminangnya untuk dijadikan istri. Singkat cerita Klana SWANDANA lah dari Wongkerlah yang terpilih menjadi suami dari DEWI SANGGA LANGIT. Alkisah ini diceritakan dari salah seorang yang tergabung dari kelompok Kesenian rakyat yang berada di Kec. Bantan Kab. Bengkalis tepatnya di Kantor redaksi 3K3.co.id group Jumat 12 Januari 2024 sekitar pukul 11.00 Wib.
Pada saat ini dengan Kemanten dari Kerajaan Panjalu lah diarak keliling oleh prajurit dengan menggunakan tunggangan kuda dan di iringi pemusik yang memainkan alat musik yang terbuat dari besi dan bambu.
” Kisah ini diceritakan mungkin tidak selengkap yang bisa kita gali dari sejarah Kesenian rakyat JARANAN yang konon dulunya ditanah Jawa” tutur Alfi Nordian.
Alfi Nordian mengatakan Sebagai orang Jawa Alfi yang kini tergabung di Paguyuban Jawa di daerah Bengkalis cukup senang untuk menceritakan sejarah kesenian ini. Agar kita bisa mengenal dan memahami segala persepsi yang ada ditengah masyarakat.
Alfi melanjutkan ceritanya, maka untuk mengenang pernikahan DEWI SANGGA LANGIT dengan Klana SWANDANA lalu terciptalah Seni JARANAN yang propertinya terbuat dari kayu dan bambu seperti kuda kudaan yang disebut jaranan dari anyaman bambu yang dilengkapi dengan Pecut, yang digunakan oleh penari jaranan nya. Diiringi dengan musik Gamelan.
Para penari yang menggunakan kuda buatan dari anyaman bambu melambangkan para prajurit yang menaiki kuda ketika iring iringan Kemanten. Sedangkan mereka yang memainkan alat musik melambangkan peran yang dimain kan pemusik gamelan yang terbuat dari besi dan bambu.
“Kesurupan kental dengan ilmu mistis terkesan menyeramkan yang identiknya dengan pertunjukan seni Jaranan, namun kerapkali dijadi kan beberapa asumsi yang beredar ditengah masyarakat dilihat dari perspektif yang berbeda” cerita Alfi semangat.
Betapa kesenian tradisional ini masih enggan dibenam oleh masyarakat dengan masih berbondong bondong dan ramainya pengunjung bila seni Jaranan ini ditampilkan ditengah tengah masyarakat kita khususnya masyarakat Bengkalis.
Alfi kembali mengatakan yang mana sebelum mereka para jaranan melakukan pementasan mereka lakukan ritual ritual, sesajen sebagai penghormatan kepada leluhur agar para jaranan terjaga dan selamat selama pementasannya, dan banyak lagi sejarah pementasan jaranan ini kalau untuk di ceritakan, Alfi menuturkan sambil menutup pembicaraan dikarnakan waktu Jumatan tiba.
Editor : Tim redaksi 3K3.co.id group/ suarapesisirnusantara.com
Sumber : Tim Jurnalis 3K3.co.id group( 3K3-02)